Menu

Translate

Rabu, 27 Februari 2013

Odalan


Budaya merupakan bagian yang menyatu dalam ritual keagamaan bagi umat Hindu. Demikian juga dalam acara odalan untuk memperingati berdirinya sebuah pura, nuansa budayanya terasa sangat kental. Inilah salah satu rahasia mengapa budaya dalam komunitas Hindu terus lestari.

Odalan adalah sebuah upacara keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat hindu bali untuk memperingati hari kelahiran pura. Upacara Odalan ada dua macam, upacara enam bulanan dan upacara satu tahunan. Semakin tinggi tingkat puranya, upacara yang diadakan semakin meriah.

Biasanya, upacara odalan satu tahunan lebih besar dan meriah. Odalan tahunan pura desa dirayakan lengkap dengan tarian sepanjang malam.

Bagi umat Hindu, odalan adalah ritual yang memiliki makna untuk memperingati lahirnya sebuah pura. Ritual ini sering disebut juga dengan istilah tegak odalan. Jadi,  odalan adalah ritual yang memiliki hakekat untuk memperingati lahirnya tempat pemujaan yang suci atau sebuah pura.

Dengan adanya ritual  odalan, umat Hindu diharapkan untuk ingat dan selalu mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan). Di samping itu, tradisi odalan ini juga bertujuan  untuk meneguhkan daya rekat sosial dan keagamaan bagi seluruh umat.

Pada saat ritual odalan, cita rasa seni sangat kental hadir dengan tampilnya lantunan tembang atau mekidun dan metabuh, pentas tari pendet serta gelaran kesenian lainnya. Ini berarti apresiasi budaya sangat melekat dalam kehidupan keagamaan bagi umat Hindu.

Ngaben


Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia. Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasa atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi).

Hari yang sesuai untuk acara ini selalu didiskusikan dengan orang yang paham. Pada hari ini, tubuh jenasah diletakkan di dalam peti-mati. Peti-mati ini diletakkan di dalam sarcophagus yang menyerupai Lembu atau dalam Wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah.
Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.

Ngaben tidak senantiasa dilakukan dengan segaera. Untuk anggota kasta yang tinggi, sangatlah wajar untuk melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan dan kemudian, biasanya dalam acara kelompok untuk suatu kampung, dikremasikan.
Ngaben adalah suatu upacara pembakaran mayat yang dilakukan umat Hindu di Bali, upacara ini dilakukan untuk menyucian roh leluhur orang sudah wafat menuju ketempat peristirahatan terakhir dengan cara melakukan pembakaran jenazah.
Dalam diri manusia mempunyai beberapa unsur, dan semua ini digerakan oleh nyawa/roh yang diberikan Sang Pencipta. Saat manusia meninggal, yang ditinggalkan hanya jasad kasarnya saja, sedangkan roh masih ada dan terus kekal sampai akhir jaman. Di saat itu upacara Ngaben ini terjadi sebagai proses penyucian roh saat meninggalkan badan kasar.

Kata Ngaben sendiri mempunyai pengertian bekal atau abu yang semua tujuannya mengarah tentang adanya pelepasan terakhir kehidupan manusia. Dalam ajaran Hindu Dewa Brahma mempunyai beberapa ujud selain sebagai Dewa Pencipta Dewa Brahma dipercaya juga mempunyai ujud sebagai Dewa Api. Jadi upacara Ngaben sendiri adalah proses penyucian roh dengan cara dibakar menggunakan api agar bisa dapat kembali ke sang pencipta, api penjelmaan dari Dewa Brahma bisa membakar semua kekotoran yang melekat pada jasad dan roh orang yang telah meningggal.

Upacara Ngaben ini dianggap sangat penting bagi umat Hindu di Bali, karena upacara Ngaben merupakan perujudan dari rasa hormat dan sayang dari orang yang ditinggalkan, juga menyangkut status sosial dari keluarga dan orang yang meninggal. Dengan Ngaben, keluarga yang ditinggalkan dapat membebaskan roh/arwah dari perbuatan perbuatan yang pernah dilakukan dunia dan menghantarkannya menuju surga abadi dan kembali berenkarnasi lagi dalam wujud yang berbeda.
Ngaben dilakukan dengan beberapa rangkaian upacara, terdiri dari berbagai rupa sesajen dengan tidak lupa dibubuhi simbol-simbol layaknya ritual lain yang sering dilakukan umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben biasa nya dilalukan secara besar besaran, ini semua memerlukan waktu yang lama, tenaga yang banyak dan juga biaya yang tidak sedikit dan bisa mengakibatkan Ngaben sering dilakukan dalam waktu yang lama setelah kematian.

Pada masa sekarang ini masyarakat Hindu di Bali sering melakukan Ngaben secara massal / bersama, untuk meghemat biaya yang ada, dimana Jasad orang yang meninggal untuk sementara dikebumikan terlebih dahulu sampai biaya mencukupi baru di laksanakan, namun bagi orang dan keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya, untuk sementara waktu jasad disemayamkan di rumah, sambil menunggu waktu yang baik. Ada anggapan kurang baik bila penyimpanan jasad terlalu lama di rumah, karena roh orang yang meninggal tersebut menjadi bingung dan tidak tenang, dia merasa berada hidup diantara 2 alam dan selalu ingin cepat dibebaskan.

Pelaksanaan Ngaben itu sendiri harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan pendeta untuk menetapkankan kapan hari baik untuk dilakukannya upacara. Sambil menunggu hari baik yang akan ditetapkan, biasanya pihak keluarga dan dibantu masyarakat beramai ramai melakukan Persiapan tempat mayat ( bade/keranda ) dan replica berbentuk lembu yang terbuat dari bambu, kayu, kertas warna-warni, yang nantinya untuk tempat pembakaran mayat tersebut.

Dipagi harinyasaatupacara ini dilaksanakan, seluruh keluargadanmasyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Sebelum upacara dilaksanakan Jasad terlebih dahulu dibersihkan/dimandikan, Proses pelaksaaan pemandian di pimpin oleh seorang Pendeta atau orang dari golongan kasta Bramana.
Setelah proses pemandian selesai , mayat dirias dengan mengenakan pakaian baju adat Bali, lalu semua anggota keluarga berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir dan diiringi doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh kedamaian dan berada di tempat yang lebih baik.
Mayat yang sudah dimandikan dan mengenakan pakaian tersebut diletakan di dalam“Bade/keranda” lalu di usung secara beramai-ramai, seluruh anggota keluarga dan masyarakat berbarisdidepan “Bade/keranda”. Selama dalam perjalanan menuju tempat upacara Ngabentersebut, bila terdapat persimpangan atau pertigaan, Bade/keranda akan diputar putar sebanyak tiga kali, ini dipercaya agar si arwah bingung dan tidak kembali lagi ,dalam pelepasan jenazah tidak ada isak tangis, tidak baik untuk jenazah tersebut, seakan tidak rela atas kepergiannya.Arak arakan yang menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi gamelan,kidung suci.Pada sisi depan dan belakang Bade/keranda yang di usung terdapat kain putih yang mempunyai makna sebagai jembatan penghubung bagi sang arwah untuk dapat sampai ketempat asalnya.

Setelah sampai dilokasi kuburan atau tempat pembakaran yang sudah disiapkan, mayat di masukan/diletakan diatas/didalam “Replica berbentuk Lembu“ yang sudah disiapkan dengan terlebih dahulu pendeta atau seorang dari kasta Brahmana membacakan mantra dan doa, lalu upacara Ngaben dilaksanakan, kemudian “Lembu” dibakar sampai menjadi abu. Sisa abu dari pembakaran mayat tersebut dimasukan kedalam buah kelapa gading lalu kemudian di larungkan/dihayutkan ke laut atau sungai yang dianggap suci.

Dari pemamaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Ngaben adalah upacara pembakaran mayat di Bali yang saat disakralkan dan diagungkan, upacara ini adalah ungkapan rasa hormat yang ditujukan untuk orang yang sudah meninggal. Upacara ini selalu dilakukan secara besar besar dan meriah, tidak semua umat Hindu di Bali dapat melaksanakannya karena memerlukan biaya yang tidak sedikit. Semua yang berasal dari sang pencipta pada masanya akan kembali lagi dan semua itu harus diyakini dan ihklaskan. Manusia di lahirkan dan kemudian meninggal itu semua erat berhubungan dengan amal perbuatannya selama di dunia.

Ogoh-ogoh

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran hindu Darma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Raksasa.

Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah, garuda, Widyadari, bahkan dewa. Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.
Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.

Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.


source : Wikipedia

Sungai

Desa Berangbang dibatasi oleh sebuah Sungai yang asih dan bersih. Sungai tersebut bernama Sungai " Ijoh Gading ". Sungai ini mengalir sepanjang 9 Km dari Hutan pegunungan Pegubungan hingga ke laut. Cerita rakyat adanya Sungai tersebut sangat terkenal oleh Warga setempat. Banyak warga mengatakan bahwa adanya sungai tersebut bermula pada zaman Kerajaan Berangbang. Nama Sungai Ijoh Gading diambil dari orang buta yang bernama Ijoh dan Gading dari  darah seekor Naga

Jika Pengunjung ingin mengetahui lebih dalam tentang sungai Ijoh Gading dapat mengunjungi Desa Berangbang selain itu, pengunjung juga dapat mandi di Sungai tersebut


Contact us

JAGALAH KEBUDAYAAN 

PERTANIAN BALI



CONTACT :
KANTOR DESA BERANGBANG
ALAMAT : JL INDRA KUSUMA 153 BANJAR BERANGBANG KECAMATAN NEGARA
                      KABUPATEN JEMBRANA- BALI

TELP         : +62365 4546194
OPEN        : SENIN - KAMIS ( 08.00 - 15.00 WITA)
                    JUMAT ( 08.00 - 11.00 WITA )

EMAIL      : desa_berangbang@yahoo.co.id

Peternakan "SIMANTRI"

Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan sangat subur. Tanaman yang di tanam akan selalu tumbuh dengan baik. Hal itu juga yang membuat masyarakat indonesia memanfaatkannya untuk berternak. Peternakan yang terdapat di indonesia cukup berkembang khususnya peternakan sapi. Indonesia memiliki sapi yang telah diakui Dunia dengan kwalitas daging yang cukup baik yaitu "Sapi Bali". Sapi bali merupakan sapi khas bali yang mempunyai daya beradaptasi baik. Oleh sebab itu, Pemerintah berusaha mengembangkan sapi tersebut dengan memperdayakan kelompok-kelompok ternak.

Khususnya di pulau dewata, sistem pengembangan sapi bali telah di bangun yang bernama "SIMANTRI" . Sistem ini juga telah dibangun di Desa Berangbang pada bulan Desember tahun 2012. Jika pengunjung ingin mengetahui tentang sapi khas bali dengan sistem peternakan desanya dapat mengunjungi Desa Berangbang. Selain mendapatkan ilmu, pengunjung juga dapat berinteraksi dengan peternak setempat.


Perkebunan di Desa Berangbang


Perkebunan di Desa Berangbang cukup luas sekitar 467,902 ha. Hasil kebun berupa Cengkeh, Kelapa, Rambutan, Manggis, Langsat dan Durian karena tanaman tersebut merupakan tanaman Prioritas. Hal ini ditunjang karena sistem perkebunan Desa Berangbang yang cukup baik. Sistem perkebunan tersebut bernama " Sistem Subak Abian". Sistem Subak Abian ini telah dibangun dari tahun 1977 di 4 Banjar yaitu: " Subak Abian Cita Pala"  berada di Banjar Berangbang,"Subak Abian Bukit sari" yang berada di Banjar Munduk Kendung, " Subak Abian Batu Sari " yang berada di banjar Munduk Tumpeng dan " Subak Abian Cipta Sari " yang berada di Banjar Pengajaran.

Namun karena bertambahnya 3 Banjar yang ada di Desa Berangbang maka jumlah subak Abian di Desa Berangbang di tambah lagi 3 pada tahun 1993 yaitu: " Subak Abian Tumpeng Sari" yang berda di Banjar Munduk Tumpeng Kelod", " Subak Abian Trilingga Sari " yang berada di Banjar Tangime Yeh dan " Subak Abian Pengungaan " yang berada di Banjar Pengajran Kaler.

Jika pengunjung berminat mempelajari  sistem subak perkebunan yang ada di Bali dapat mengunjungi desa Berangbang.

Persawahan di Desa Berangbang

Jika Wisatawan mengunjungi Desa Berangbang, maka Pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan Sawah yang sangat indah. Hal ini dikarenkan Desa Berangbang memiliki luas persawahan sekitar 193,230 Ha.


Selain itu, Pengunjung juga dapat belajar sistem organisasi pertanian yang menciri khas kan Bali dan telah diakui oleh Dunia yang dikenal dengan "Sistem Subak".  Sistem Subak persawahan yang terdapat di Desa Berangbang bernama " Subak Pangkung Celepung" yang berdiri pada tahun 1977. Pada tahun 1995 Subak Pangkung Celepung dibagi menjadi 2 yaitu: Subak Pangkung Celepung I dan Subak Pangkung Celepung II. yang tujuannya mempermudah sistem irigasi pengairan Sawah di masing-masing Banjar Desa Berangbang.


'Home stay' di Desa Brangbang

Desa Berangbang memiliki penginapan yang dikelola oleh Desa setempat dengan memperdayakan masyarakat. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahtraan Warga Desa. Selain itu, pengunjung dapat menikmati kehidupan kehidupan Desa dan kegiatan Warga Desa. Biaya yang ditawarkan sangat murah yaitu:

Penginapan Desa: Rp 200.000/hari

Fasilitas: - 1 Tempat Tidur
               - Kipas Angin
               - Lemari Pakaian

Konsumsi:  Sarapan pagi dan makan malam dengan Warga

Transport:
- Sewa sepeda motor: Rp 30.000/hari
- Sewa sepeda gayung: Rp 10.000/hari

Berikut contoh tempat penginapan di Desa Berangbang






Selasa, 26 Februari 2013

Bendungan Benel

Di utara Desa Berangbang terdapat Bendungan Benel yaitu di perbatasan antara Desa Berangbang dan Desa Manistutu.

Awalnya pembangunan Bendungan Benel pure untuk tujuan pertanian dimana para petani disekitar bendungan kini seringkali kekurangan air sehingga hasil panennya terganggu. Bendungan Benel pun kemudian dibangun dengan fungsi utama sebagai sarana irigasi bagi penduduk kawasan Jembrana. Namun karena lokasi disini memiliki pemandangan dan panorama alam yang indah maka ide untuk mengkomersialkan kawasan ini pun muncul.



Pembangunan bendungan ini sendiri selesai pada tahun 2010 yang lalu dengan total biaya mencapai 107 miliar. Kondisinya yang dekat dengan hutan lindung semakin mengukuhkan bendungan ini untuk kemudian menjadi areal wisata produktif. Udara di sekitar bendungan ini sangat sejuk karena memang letaknya berada di daerah pegunungan dan dikelilingi oleh pepohonan yang besar.
Dibawah Bendungan juga terdapat sawah luas yang begitu indah dengan teraseringnya. Sangat cocok bagi Anda para wisatawan yang merasa sangat jenuh dengan kehidupan di kota yang begitu sumpek dan banyak polusi. Jadi bila Anda mempunyai waktu luang, sempatkanlah untuk melancong ke Bendungan Benel, Jembrana, Bali. Bendungan Benel yang terbilang besar ini juga dapat dimanfaatkan untuk usaha perikanan air tawar. Berbagai ikan air tawar seperti ikan mujair, ikan gabus, dan ikan air tawar lainnya terdapat di Bendungan ini. Jadi sangat cocok bagi Anda para wisatawan yang gemar ataupun hobi memancing menyalurkan hobinya di Bendungan Benel ini.

 Berikut beberapa Photo lain dari Bendungan Benel:

Kamis, 21 Februari 2013

Banjar-banjar yang ada Di Desa Berangbang

Desa Berangbang memiliki 7 Banjar yang terdiri dari:

Desa Berangbang pada mulanya hanya memiliki 4 Banjar yaitu Banjar Berangbang sebagai Banjar pertama pada tahun 1945 selanjutnya Banjar Munduk Tumpeng, Banjar Munduk Kendung dan Banjar Pengajaran..

Kemudian pada 23 maret 1993 terbentuk lagi 3 Banjar yaitu Banjar Pengajaran Kaler, Banjar Tangime Yeh dan Banjar Munduk Tumpeng Kelod.

Hingga saat ini Di Desa Berangbang memiliki 7 Banjar yaitu sebagai berikut:


1. Banjar Berangbang

  
2. Banjar Pengajaran


3. Banjar Pengajaran Kaler


4. Banjar Tangime Yeh


5. Banjar Munduk Tumpeng


6. Banjar Munduk Tumpeng Kelod


7. Banjar Munduk Kendung















Selasa, 19 Februari 2013

Rabu, 13 Februari 2013

Sejarah Singkat Desa Berangbang

Pada tahun 1885 Desa Berangbang masih berupa Hutan Belukar yang terkenal dengan nama Rimba Raya Berangbang, suatu Rimba Raya tutupan yang terkenal juga dengan sebutan "GOUVERNEMENT HINDIA BELANDA" atau lebih dikenal dengan nama/sebutan hutan GG yang dilindungi dengan undang-undang.

Hutan GG ini disebut juga dengan Cagar Alam di zaman pemerintahan kolonial Belanda, tentang Rimba Raya Berangbang mempunyai latar belakang sejarah kerajaan yang pertama yakni Kerajaan Berangbang yang didirikan oleh " DALAM SUECA PURA " (GELGEL) kurang lebih pada tahun 1580.

Kerajaan Berangbang menurut historisnya didirikan/dibangun setelah Kerajaan Belambangan menjadi daerah taklukan Gelgel "SRI RESI WATURENGGONG KEPAKISAN" yang pada waktu Kerajaaan Berangbang dibawah kekuasaan seorang raja yang bernama: "I GUSTI NGURAH BASANG TAMIYANG" seorang putra dari perdana Menteri Dalem Gelgel. Kerajaan Berangbang dulunya dibangun oleh ratusan prajurit Dalem Gelgel dan ribuan tawanan yang berasal dari daerah Belambangan.

Perjalan kerajaan Berangbang Bahari adalah  pertama dari arah laut Selat Bali meneui pura jati di desa Pengambengan yang dilanjutkan ke daerah utara tibalah di Pura Majapahit di Desa Banyubiru, kemudian lurus ke utara kurang lebih 9 KM tibalah di Pos Menara buatan alam yaitu sebuah bukit Pura Munduk Tumpeng ke arah barat hingga sampai di sebuah bukit lagi yang bernama Bukit Munduk Kendung.

Disini kemudian melanjutkan perjalanan ke arah barat laut ditemuilah sebuah Pura yang disebut pura Pegubungan yang diperkirakan berketinggian kurang lebih 700 meter dari permukaan laut. daerah ini sangat subur karena diapit oleh dua buah sungai yaitu Sungai tukadaya dan Sungai. Berangbang yang dikenal dengan nama "SINGSING TUKAD BERANGBANG". Nama ini didapat karena daerah hutan ini banyak ditumbuhi bambu liar yag disebut dengan "GESING".

Dataran tersebut adalah merupakan bekas lokasi Pura Kerajaan Berangbang Bahari dengan bukti-bukti yang  didapati berupa benda-benda peninggalan yang bersejarah berupa Kuping Kuali Besar yang tertanam di Singsing Tukad Berangbang tersebut, menurut keterangan dari para orang tua kadang-kadang benda-benda tersebut dapat dilihat pada hari-hari tertentu yaitu pada Purnama dan Tilem hingga hingga sampai saat ini daerah ini tergolong sangat angker, selain benda-benda tersebut masih banyak benda-benda lain yang didapat berupa benda kuno berbahan keramik. Ditempat itu pula kita dapat melihat ke selatan terbentang laut selat Bali membujur panjang dari Barat ke Timur sebuah gunung yang bernama "GUNUNG SLOKA BELAMBANGAN".

Kemudian masa peralihan kerajaan Berangbang Bahari pada thaun 1713 yang didalam hubungannya dengan Berangbang yang sekarang jelas merupakan desa perkembangan dilihat dari nama Desa. selanjutnya Desa ini berkembang mengikuti zamannya hingga sampai pada tahun sampai tahun 1887 yang pada saat itu mulanya terjadi pembukaan hutan Berangbang oleh orang karena pada waktu itulah Pemerintah LANDSCHAF JEMBRANA/TUANKU RAJA JEMBRANA IDA ANAK AGUNG MAD RAI memberikan kesempatan untuk penduduk desa baler Bale Agung bergabung dengan Beranbang dibawah perbekel/Kelihan Desa/  Kelihan Gede PAN MUKARENA sebagai Kelihan Desa Pertama.

Setelah  Berangbang menjadi suatu Desa maka barulah diadakan pemisahan dari Baler Bale Agung  dengan Kepala desanya adalah PAN SUDASNING. Dalam pemerintahan kelihan desa ini, Berangbang mengembangkan potensi Desa seacara sederhana dengan penanaman tanaman perkebunan berupa Kelapa, buah-buahan dan di bidang pertanian dikembangkan Tanaman Padi Gaga dan Palawija sebagai dasar untuk pengembangan yang memugkinkan memberikan jaminan kehidupan bagi para petani pada waktu itu.

Setelah masa jabatan Pan sudasning sebagai kelihan Desa maka sebagai penggantinya adalah GAGUS DRESNA yang melanjutkan segala kegiatan dan pengembangan desa sesuai dengan alam desa saat itu. Mengenai jabatan Kelihan Desa pada saat itu tidak mempuyai batas waktu tertentu seperti sekarang ini.

Kemudian sebagai Kelihan Desa yang ketiga PAN REWA yang kemudian diganti oleh PAN KENCAN Kelihan Desa yang ke empat selanjutnya diganti oleh I WAYAN REWA yang saat itu Kelihan Desa sudah berubah menjadi Perbekel. Pengganti I WAYAN REWA adalah I WAYAN SUMA kemudian tahun 1965 -1956 diganti oleh I KETUT SANEM SEBAGAI Perbekel yang kedelapan.

Kemudian dari tahun 1966-1978 Perbekel Desa Berangbang adalah  I KETUT WELLEM  sebgai pengganti I KETUT SANEM dan pada tanggal 7 juli 1978  I KETUT WELLEM mengakhiri masa jabatannya dengan diganti oleh I KETUT SATRA sampai dengan 1988 , dan diganti oleh I KETUT WALLEM dari tahun 1988 sampai dengan 1998.

Kemudian dari tanggal 4 agustus 1998 desa Berangbang dipimpin oleh seorang Perbekel, yang bernama I MADE SAHA ARIMBAWA periode 1988-2006, 2007-2013.
demikianlah sejarah singkat lahirnya desa Berangbang, selain itu masih dapat dikembangkan lagi sejarah desa ini karena penelitian arkeologi tentang keberadaan kerajaan berangbang masih belum ditemukan secara pasti. Penemuan yang terbaru ditemukan hanya beberapa sarkofagus(kuburan terbuat dari batu) dan Kekawin(lagu-lagu bali kuno).

Selasa, 05 Februari 2013

Welcome to Berangbang Village



Desa Berangbang letaknya adalah membujur dari arah selatan ke utara di mana di tengah-tengah Desa Berangbang membentang dari arah timur ke barat kelurahan BB Agung dan Desa Kaliakah perbatasan sebelah timur desa yaitu Kelurahan Baler Bale Agung dan di sebelah barat desa yaitu Kaliakah Dengan Desa Manistutu. Secara geografis, Desa Berangbang mempunyai batas-batas wilayah tertentu. Batas-batas tersebut sebagai berikut:
1.      Di sebelah utara                            : Hutan Negara
2.      Di sebelah timur                            : Kelurahan Baler Bale Agung
3.      Di sebelah selatan                         : Kelurahan Baler Bale Agung
4.      Di sebelah barat                            : Desa Kaliakah dan Desa Manistutu

Secara geografis wilayah Desa Berangbang adalah wilayah kota Kecamatan Negara yang sebagian daerahnya dataran rendah dengan ketinggian 50-1500 meter di atas permukaan laut dan kalau dilihat dari pegunungan lahan secara umum Desa Berangbang memiliki potensi tanah yang sangat subur dengan daratan tinggi sebagai perkebunan yang diperuntukan untuk tanaman perkebunan coklat, kelapa, pisang, dan tanaman lainnya, serta persawahan 1/5 irigasi tehnis yang bersumber dari sungai Tukadaya dan sungai Ijo Gading. Luas Desa Berangbang seluruhnya adalah 1.117 Ha (39,6km)